Laman

Rabu, 20 Juni 2012

Pentingnya Kalimat Positif Untuk Pikiran Anda

Pentingnya Kalimat Positif Untuk Pikiran Anda
Jangan menganggap sepele terhadap setiap kalimat yang anda lontarkan, bahkan untuk kalimat yang anda pikirkan sekalipun. Pentingnya Kalimat Positif Untuk Pikiran Anda, akan memberikan sedikit gambaran bagaimana kerja pikiran terhadap perkataan yang diterimanya untuk memberikan motivasi kepada kita agar selalu berfikir positif.

Berhati-hatilah dengan pikiran anda. Berita baiknya, bahwa manusia adalah satu-satunya mahluk di dunia ini yang memiliki kemampuan berpikir mengenai proses berpikir. Istilah teknisnya adalah metakognisi. Berita buruknya adalah bahwa sangat banyak orang yang tidak sadar, tidak tahu, pura-pura tidak tahu, atau bahkan tidak mau tahu bahwa mereka sebenarnya memiliki kemampuan ini. Dan oleh sebab itu mereka tidak pernah sadar bahwa seumur hidup mereka telah menjadi budak atau hamba dari pikiran mereka sendiri.

Apapun yang terjadi di dalam hidup kita merupakan realisasi dari pikiran kita yang dominan. Semakin kita memikirkan hal yang tidak kita inginkan, maka kita semakin cenderung mendapatkannya. Ada seorang remaja putri, yang tidak suka dengan tingkah laku ibunya dan berkata, "Nanti, kalau saya dewasa, saya tidak akan jadi seperti ibu saya." Apa yang terjadi saat ia dewasa? Ia menjadi persis seperti ibunya. Mengapa? Karena semakin ia pikirkan bahwa ia tidak mau menjadi seperti ibunya, maka pikiran ini menjadi semakin dominan, semakin menguasai dirinya, dan dengan demikian mengarahkan ia untuk menjadi seperti ibunya.

Demikian juga orang gagal, yang pencapaian prestasi hidupnya rendah. Coba anda tanyakan pada mereka, "Apa yang anda ingin capai dalam hidup?" Mereka akan selalu berkata, "Saya ingin agar hidup saya tidak kekurangan, tidak miskin, tidak susah, tidak menderita, tidak ini...., tidak itu....." Yang mereka katakan selalu apa yang tidak mereka ingin terjadi pada diri mereka. Namun yang tidak mereka sadari adalah semakin mereka fokus untuk menghidari apa yang tidak mereka inginkan maka pikiran mereka akan semakin membuat hal itu menjadi kenyataan.

Sebaliknya kalau orang sukses ditanya, "Apa yang anda ingin capai dalam hidup?" maka mereka pasti akan menjawab, "Saya ingin menjadi pengusaha sukses, saya ingin membantu orang yang tidak mampu dengan kekayaan saya, saya ingin mendirikan panti asuhan, saya ingin menyekolahkan anak ke luar negeri, saya ingin......., saya ingin........" Semua jawaban itu selalu yang positip. Anda bisa lihat bedanya sekarang?

Anda mungkin akan bertanya, "Mengapa terjadi perbedaan hasil antara orang gagal dan orang sukses, padahal mereka memikirkan tujuan yang sama?" Mereka memang terkesan memikirkan hal yang sama, padahal tidak sama. Bukankah tidak mau hidup miskin sama dengan hidup dalam kelimpahan? Bukankah hidup tidak menderita sama dengan hidup senang atau bahagia? Secara bahasa, apa yang mereka nyatakan memang artinya sama. Tapi secara kerja pikiran, kedua pernyataan itu bertolak belakang. Lho, koq bisa?

Sekarang saya ingin bermain dengan pikiran anda sejenak. Coba anda lakukan hal berikut ini. Saya ingin anda untuk tidak memikirkan seekor gajah warna merah muda. Sekali lagi, saya minta anda tidak memikirkan gajah warna merah muda. OK! Berhenti sejenak. Lakukan eksperimen kecil ini. Setelah itu baru anda boleh meneruskan membaca.

Bila anda melakukan dengan benar apa yang saya minta maka pikiran anda malah memikirkan seekor gajar warna merah muda. Mengapa bisa terjadi demikian? Bukankah perintahnya tadi adalah anda diminta tidak memikirkan gajah merah muda?

Inilah perbedaan kerja bahasa dan kerja pikiran. Secara struktur kalimat, instruksi yang saya berikan sudah benar. Namun tidak demikian bila instruksi ini mau dilaksanakan oleh pikiran. Bahasa mengenal negasi. Pikiran tidak. Kalimat "tidak memikirkan" secara kaidah bahasa memang berarti " tidak boleh memikirkan atau jangan memikirkan". Namun di pikiran, untuk bisa menegasi suatu pernyataan maka yang terjadi adalah harus terlebih dahulu muncul "sesuatu" untuk kemudian dinegasi.

Dalam contoh yang saya berikan, untuk bisa "tidak memikirkan gajah merah muda", maka yang terjadi di pikiran adalah:
1. pikiran harus memunculkan gambar gajah warna merah muda
2. baru setelah itu pikiran akan menegasi gajah merah muda

Namun, begitu gambar gajah merah muda telah muncul di pikiran maka efek negasi tidak berlaku. Artinya, gambar gajah merah muda itu akan tetap berada di dalam pikiran. Semakin dominan pikiran itu maka semakin kuat pengaruhnya pada diri seseorang.

Hal ini sama efeknya dengan orangtua ketika memberi motivasi kepada anaknya yang malas belajar, dengan kalimat, "Nak, jangan malas. Kalau malas kamu bodoh". Apa yang terjadi? Anaknya justru tambah malas dan tambah bodoh. Demikian juga saat orangtua mendorong anak untuk rajin bangun pagi dengan, "Kalau bangun jangan kesiangan, nanti bisa telat masuk sekolah." Apa yang terjadi? Anaknya tetap bangun kesiangan dan selalu telat sekolah. Mengapa bisa demikian?

Komunikasi mengandung tiga hal. Pertama adalah ide, kedua adalah gambaran mental, dan yang ketiga adalah emosi. Saat orangtua berkata jangan kesiangan, maka ini adalah ide. Selanjutnya dalam pikiran akan muncul gambar orang yang kesiangan. Setelah itu muncul emosi. Kalau emosi yang muncul adalah ia merasa enak kalau tidur sampai siang, maka kebiasaan ini akan semakin kuat.

1 komentar:

  1. terimakasih gan atas infonya
    monggo ikut kompetisi cerdas cermat online se-jawa timus seri 2 , hadiahnya cukup menarik lho :)

    BalasHapus

Silahkan mengisi komentar, mudah-mudahan bermanfaat untuk semua pengunjung.