Baru-baru ini saya bertemu dengan seorang kawan yang mengajukan pertanyaan, "Saya telah membaca banyak buku pengembangan diri, mendengar banyak kaset/CD motivasi, menghadiri berbagai seminar motivasi dan pengembangan diri, namun mengapa sampai saat ini saya masih belum sukses? Mengapa saat mengikuti seminar motivasi, saat masih di ruang seminar, saya sangat bersemangat dan termotivasi, namun setelah pulang ke rumah, motivasi saya hilang?, "Apa ada yang salah dengan diri saya?".
Cukup sulit bagi saya untuk bisa memberikan jawaban langsung. Kawan saya ini termasuk maniak buku. Buku-buku yang dia baca juga bukan buku sembarangan. Sebut saja nama penulis terkenal seperti Zig Ziglar, Erich Fromm, Maslow, Carl Rogers, Victor Frankl, William Glasser, Kiyosaki, Anthony Robbins, Maxwell Maltz, Stephen Covey, Dale Carnigie, Michael Hutchinson, Goleman, Martin Seligman, Bandler dan Grinder, Milton Erickson, dan sederet nama besar lainnya. Seminar yang ia datangi juga seminar-seminar mahal tidak hanya di dalam negeri, tapi juga di luar negeri.
Setelah minta waktu untuk berpikir, saya akhirnya mengajukan pertanyaan yang berhasil menemukan sumber masalahnya, "Apa yang paling penting bagi hidup anda?".
Mendengar pertanyaan ini kawan saya menjawab, "Ah, pertanyaan ini sudah sering ditanyakan pada saya. Dan saya sudah tahu jawabannya". "Kalau begitu, apa jawaban anda untuk pertanyaan ini?', kejar saya lagi. "Saya ingin sukses", jawab kawan saya singkat dan sedikit jengkel. Mungkin ia merasa bahwa pertanyaan saya ini terlalu sederhana bagi seseorang yang telah "kenyang" dengan hal-hal yang berhubungan dengan pengembangan diri. "Mengapa sukses penting bagi diri anda?", tanya saya lagi.
"Ya, pokoknya saya mau sukses. Semua orang mau sukses. Siapa yang mau hidup susah!", jawab kawan saya lagi. Mendengar jawaban ini, saya langsung tahu mengapa ia sampai sekarang belum sukses. Saat ia menjawab bahwa ia ingin sukses, saya masih belum puas. Saat ia menjawab pertanyaan kedua, "Mengapa sukses penting bagi diri anda?", saya langsung tahu sumber masalahnya. Mengapa saya bisa tahu? Karena ia tidak bisa memberikan alasan yang jelas mengapa ia ingin sukses. Bila ia tidak punya alasan yang kuat untuk sukses maka pikiran bawah sadarnya mengartikan sukses sebagai sesuatu yang tidak penting, tidak mendesak, dan tidak perlu dicapai.
Saat saya menjelaskan hal ini pada kawan saya ini, ia langsung protes, "Ah, itu nggak mungkin. Sukses itu sangat penting bagi saya. Masa saya nggak mau sukses". Namun saat saya menunjukkan bahwa ia tidak bisa memberikan alasan yang jelas mengapa sukses penting bagi dirinya, ia langsung diam dan sedikit kaget. Hal berikut ini adalah apa yang saya jelaskan padanya.
Cukup sulit bagi saya untuk bisa memberikan jawaban langsung. Kawan saya ini termasuk maniak buku. Buku-buku yang dia baca juga bukan buku sembarangan. Sebut saja nama penulis terkenal seperti Zig Ziglar, Erich Fromm, Maslow, Carl Rogers, Victor Frankl, William Glasser, Kiyosaki, Anthony Robbins, Maxwell Maltz, Stephen Covey, Dale Carnigie, Michael Hutchinson, Goleman, Martin Seligman, Bandler dan Grinder, Milton Erickson, dan sederet nama besar lainnya. Seminar yang ia datangi juga seminar-seminar mahal tidak hanya di dalam negeri, tapi juga di luar negeri.
Setelah minta waktu untuk berpikir, saya akhirnya mengajukan pertanyaan yang berhasil menemukan sumber masalahnya, "Apa yang paling penting bagi hidup anda?".
Mendengar pertanyaan ini kawan saya menjawab, "Ah, pertanyaan ini sudah sering ditanyakan pada saya. Dan saya sudah tahu jawabannya". "Kalau begitu, apa jawaban anda untuk pertanyaan ini?', kejar saya lagi. "Saya ingin sukses", jawab kawan saya singkat dan sedikit jengkel. Mungkin ia merasa bahwa pertanyaan saya ini terlalu sederhana bagi seseorang yang telah "kenyang" dengan hal-hal yang berhubungan dengan pengembangan diri. "Mengapa sukses penting bagi diri anda?", tanya saya lagi.
"Ya, pokoknya saya mau sukses. Semua orang mau sukses. Siapa yang mau hidup susah!", jawab kawan saya lagi. Mendengar jawaban ini, saya langsung tahu mengapa ia sampai sekarang belum sukses. Saat ia menjawab bahwa ia ingin sukses, saya masih belum puas. Saat ia menjawab pertanyaan kedua, "Mengapa sukses penting bagi diri anda?", saya langsung tahu sumber masalahnya. Mengapa saya bisa tahu? Karena ia tidak bisa memberikan alasan yang jelas mengapa ia ingin sukses. Bila ia tidak punya alasan yang kuat untuk sukses maka pikiran bawah sadarnya mengartikan sukses sebagai sesuatu yang tidak penting, tidak mendesak, dan tidak perlu dicapai.
Saat saya menjelaskan hal ini pada kawan saya ini, ia langsung protes, "Ah, itu nggak mungkin. Sukses itu sangat penting bagi saya. Masa saya nggak mau sukses". Namun saat saya menunjukkan bahwa ia tidak bisa memberikan alasan yang jelas mengapa sukses penting bagi dirinya, ia langsung diam dan sedikit kaget. Hal berikut ini adalah apa yang saya jelaskan padanya.
Kita bisa sukses, di bidang apa saja, bila sukses adalah hal yang penting bagi diri kita. Hal ini dibuktikan dengan adanya alasan yang kuat, dengan muatan emosi yang tinggi, untuk bisa mencapai keberhasilan. Bila sesuatu menjadi penting bagi diri kita maka sesuatu itu akan bernilai dan berharga untuk dicapai. Hal ini yang dinamakan value. Semakin tinggi "nilai" atau value sesuatu hal maka kita akan semakin bersemangat dan fokus untuk bisa mencapainya. Demikian juga sebaliknya. Bila sesuatu itu tidak penting bagi diri kita maka kita tidak akan mau bersusah payah mencapainya. Buat apa mengerjakan sesuatu yang menurut kita tidak penting, bukan? Kecuali kalau memang kita ini pengangguran atau kurang kerjaan.
Secara sederhana value dapat diartikan sebagai sesuatu yang kita percayai sebagai hal yang penting bagi diri kita atau suatu emosi yang kita pandang penting untuk kita alami atau kita hindari. Value berperan sebagai filter yang beroperasi di bawah sadar yang menentukan fokus kita dan bagaimana kita memanfaatkan waktu. Semakin tinggi value sesuatu maka semakin banyak waktu yang kita luangkan untuk melakukan hal tersebut. Apakah value ini harga mati? Tentu tidak. Value dapat berubah sewaktu-waktu sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan diri kita. Ada hal yang dulunya kita anggap penting, misalnya saat masih di SMA atau saat kuliah, ternyata kini sudah tidak penting lagi bagi hidup kita.
Value merupakan sumber motivasi. Saat saya menjelaskan hal ini pada kawan saya, ia tampak bingung dan bertanya, "Maksudnya?". Saya lalu menunjukkan buku yang sedang saya baca. Buku ini judulnya Abhiddhammatasangaha, tebalnya sekitar 550 halaman. Buku ini mengenai manajemen pikiran dan berisi sangat banyak istilah dalam bahasa Pali. Saya berkata, "Kalau anda saya minta untuk membaca buku ini, mau nggak?". Setelah melihat sekilas isi buku ia menjawab, "Ngapain baca buku ini. Apa saya kurang kerjaan?". "Persis!", jawab saya. "Apanya yang persis?", kejar kawan saya dengan penasaran. "Kalau saya kasih uang Rp. 1 juta dan anda saya minta membaca buku ini dalam waktu 1 malam, mau nggak?", tanya saya lagi. "Nggak mau!", jawabnya singkat. "Kalau misalnya ada seseorang ingin memberi anda rumah mewah dengan syarat anda harus membaca habis buku ini dalam satu malam, kira-kira anda mau nggak?", tanya saya lagi. "Wah, kalau ada hadiah rumah tentu saya mau", jawab kawan saya dengan cepat.
Mengapa ia bisa berubah pikiran dari yang tadinya tidak mau akhirnya menjadi mau ? Ini semua berhubungan dengan seberapa penting membaca buku tersebut. Tadinya ia merasa tidak ada gunanya membaca buku. Namun saat ia melihat reward yang bisa ia dapatkan, maka membaca buku menjadi penting.
Alasan mengapa kawan saya belum sukses adalah karena sukses bukan hal penting bagi dirinya. Walaupun pikiran sadarnya akan tetap bersikeras mengatakan bahwa sukses itu penting bagi dirinya, pikiran bawah sadarnya berpikir hal yang sebaliknya. Saat ia tidak bisa menjawab mengapa sukses penting bagi dirinya, ini adalah jawaban yang berasal dari pikiran bawah sadarnya. Dan dari penelitian diketahui bahwa besarnya pengaruh pikiran bawah sadar terhadap diri manusia adalah sebesar 90% dan pikiran sadar hanya 10%.
Kawan saya tidak fokus untuk mengejar impiannya. Ia mudah sekali goyah dan berubah arah. Sesuatu yang dikerjakan tidak dengan fokus yang kuat tentu tidak akan bisa memberikan hasil maksimal. Sama seperti kaca pembesar. Kita dapat menggunakan kaca pembesar untuk membakar kertas dengan cara memfokuskan sinar matahari menjadi satu titik. Hal ini tidak mungkin bisa dicapai bila sebentar-sebentar kita menggerak-gerakkan kaca pembesar itu, naik turun, dan mengubah fokus. Motivasi untuk mempertahankan fokus ditentukan oleh seberapa penting, menurut pikiran kita, kita perlu membakar kertas itu.
Setelah mendengarkan penjelasan ini kawan saya akhirnya hanya bisa manggut-manggut. Ia lalu bertanya, "Kalau boleh tahu, anda dapat informasi ini dari sumber mana? Apa ada buku yang menjelaskan hal ini?". "Sudah tentu ada. Ada buku sangat bagus yang akan segera terbit. Buku ini ditulis oleh pengarang terkenal yang telah menghasilkan dua buku best seller", jawab saya. "Apa judul bukunya dan siapa nama penulisnya?", kejar kawan saya sambil bersiap-siap mencatat. "Catat baik-baik ya. Buku ini akan terbit bulan Agustus 2005, judulnya Manage Your Mind For Success. Penulisnya adalah Adi W. Gunawan dan Ariesandi Setyono", jawab saya. "Ah, dasar. Ditanya serius koq malah guyon", jawab kawan saya agak kesel. "Eh, saya ini serius lho. Bulan depan buku Manage Your Mind For Success akan terbit. Ini draft final yang sedang saya koreksi sebelum saya kirimkan ke penerbit", jawab saya dengan serius sambil menunjukkan draft tersebut. "Lho, kamu sungguh-sungguh ya. Saya kira tadi guyonan. Kalau begitu saya catat ya judulnya", jawab kawan saya lagi. "Oh ya, satu hal lagi, bulan depan yang terbit bukan cuma satu buku. Bulan depan juga akan terbit buku saya yang keempat yang berjudul Apakah IQ Anak Bisa Ditingkatkan?" , saya menambahkan. "Edan! Bagaimana kamu bisa sempat-sempatnya nulis dua buku padahal jadwalmu begitu padat?", tanyanya dengan penuh penasaran. "Ini semua karena motivasi dan fokus. Saya termotivasi dan bisa tetap fokus karena bagi saya menulis buku adalah bagian dari proses aktualisasi diri. Dan saya sangat ingin untuk bisa membantu orang lain melalui karya saya. The secret of living is giving", jawab saya mengakhiri diskusi kami.
Kawan saya pulang dengan hati senang. Saya juga senang karena berhasil membantu seorang kawan mendapatkan suatu pemahaman yang benar, yang tentunya akan sangat bermanfaat bagi hidupnya. Saya lebih senang karena sekali lagi berhasil menyesatkan orang ke jalan yang benar.
[ Adi W. Gunawan ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi komentar, mudah-mudahan bermanfaat untuk semua pengunjung.