Semula kita belajar melakukan hal-hal sederhana. Tak lebih dari satu tambah satu sama dengan dua. Ketika soal-soal itu semakin terasa mudah, kita coba kerjakan yang sulit. Kita rambah puluhan, ratusan, perkalian juga pembagian. Kita namai itu sebagai tantangan. Tak lama tantangan kehilangan daya tariknya jua. Maka, kita kepalkan tangan untuk menaklukkan sesuatu yang rumit, besar, dan tak mudah ditundukkan. Sebuah soal pun dijawab oleh berlembar-lembar perhitungan hingga nyaris tak dikenali lagi mana angka mana tanda baca.
Tapi segera saja, kejelimetan itu membosankan. Tahukah anda apa akhir dari pergulatan ini? Yaitu, ketika kita mulai meringkas jawaban. Memendekkan pola perhitungan. Memangkas baris-baris pembuktian. Di perjalanan ini kita seolah berbalik ke titik semula : kesederhanaan. Tak ada yang mengalahkan pesona kesederhanaan. Kita boleh kumpulkan apa saja dalam hidup ini, namun pada terminal perhentian, kita kembali dengan tangan yang sederhana dan meninggalkan semua kerumitan jauh di belakang.
Tapi segera saja, kejelimetan itu membosankan. Tahukah anda apa akhir dari pergulatan ini? Yaitu, ketika kita mulai meringkas jawaban. Memendekkan pola perhitungan. Memangkas baris-baris pembuktian. Di perjalanan ini kita seolah berbalik ke titik semula : kesederhanaan. Tak ada yang mengalahkan pesona kesederhanaan. Kita boleh kumpulkan apa saja dalam hidup ini, namun pada terminal perhentian, kita kembali dengan tangan yang sederhana dan meninggalkan semua kerumitan jauh di belakang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi komentar, mudah-mudahan bermanfaat untuk semua pengunjung.