Laman

Sabtu, 19 Mei 2012

Waktu Prioritas

Waktu Prioritas
Ada kalanya waktu terasa lewat begitu saja. Terutama ketika Anda menenggelamkan diri dalam pekerjaan. Anda yang mengalaminya biasanya akan sedikit kaget karena tiba-tiba arloji di tangan sudah menunjukkan saat akhir jam kantor. Teman yang memperhatikan akan bilang Anda sedang sibuk. Benarkah Anda sibuk?

Mungkin memang begitu adanya. Tetapi jangan-jangan Anda, atau teman yang begitu, sebetulnya sedang menghadapi tekanan tertentu, seperti perasaan ingin menghindar, merasa ditolak, atau kadar percaya diri
sedang turun. Lili, seorang teman saya, mengaku pernah sengaja berlagak sibuk seharian di kantor lantaran menghindar dari kondisi terjepit antara ajakan makan siang bareng oleh sang pacar dan sahabat sejak jaman kuliah yang akan datang mau menawarkan bisnis baru. Sementara itu ada undangan lunch break sambil merayakan ultah seorang teman sekantor di sebuah tempat yang cozy. Kebingungan semacam itu kerap muncul dari tipe orang yang ingin menyenangkan setiap oarng.


Dia tak mau seorang pun kecewa karena ditolaknya. Bisa saja kita memberikan saran untuk berani berkata 'tidak.' Namun, bagi orang dengan tipikal demikian itu tidaklah mudah. Sebab, kecenderungannya dia selalu mengiyakan dan membuat komitmen. Jadi? Yang dibutuhkan Lili sebetulnya sedikit saja sikap egois, tapi egois yang positif. Lili mestinya mampu mengukur kemampuan diri dan waktu tersedia. Kalau memang sudah melebihi kapasitas diri, mengapa tidak sekali-kali menolak ajakan walau itu menggiurkan. Dan, Lili pun harus
menetapkan prioritas-prioritas waktu. Bukankah makan siang dengan pacar bisa diganti dengan makan malam yang lebih romantis.

Waktu Prioritas
Seharusnya bisa mengucapkan selamat ultah, toh yang sedang berbahagia adalah teman sekantor? Lebih baik menemui sahabat lama sambil mengeratkan silaturahmi dan mendapat bisnis baru, siapa tahu memang cocok? Lili rupanya perlu tegas dengan catatan di buku agendanya. Ia tidak boleh ragu menempatkan urutan mana yang didahulukan ketika ada waktu yang bersamaan di antara dua atau lebih kegiatan. Yakinlah orang lain bisa mengerti dengan penolakan Anda kali ini. Yang penting hubungan sosial tetap erat namun pencapaian kerja juga sukses.

Sementara Linda, teman saya lagi, mengaku amat bersemangat kalau banyak kesibukan dari waktu ke waktu. Ia selalu bangun pagi-pagi sekali untuk membereskan rumah karena tidak nyaman meninggalkan rumah dalam keadaan bak kapal pecah. Setelah itu olahraga agar daya dukung fisik optimal guna mendukung padatnya jadwal kegiatan. Namun, kata Linda, kerap dirinya kelelahan dan melampiaskan ke orang-orang di sekeliling, apakah dia pasangannya, anak, atau bahkan saudara dan juga di kantor sehingga anak buah menjadi korban. Linda serupa dengan Anda. Dia ingin sukses sehingga harus bekerja keras sepanjang waktu.

Tidak ada baginya waktu untuk pergi makan siang dengan teman bahkan sekadar menengok koran atau majalah mingguan untuk mengerti perkembangan. Memang, waktu perlu dihargai, tetapi apakah dengan mengorbankan kehidupan sosial yang juga penting? Jangan sampai maksud hati meraih sukses tinggi dan memenuhi ambisi namun tidak bisa lantaran gagal dalam hal hubungan sosial. Sehingga kata-kata marah mudah meluap begitu saja kepada anak buah dan orang terdekat. Maksudnya, Linda perlu sedikit mengendurkan jadwalnya sehingga tersedia waktu untuk orang-orang dekat yang memperhatikannya. Lagi lagi masalah Eli.

Waktu Prioritas
Dia sering kehilangan waktu untuk mengerjakan hal-hal utama yang akhirnya terburu-buru untuk menyelesaikannya. Ini terjadi lantaran Eli senang memikirkan apa saja sampai hal-hal yang sebenarnya tidak
terlalu harus dipikirkan. Dia ternyata banyak memiliki ide di kepalanya sehingga tidak mampu fokus dan malah banyak membuang waktu. Jika Anda serupa Eli maka sebaiknya Anda perlu alarm yang selalu mengingatkan.

Mungkin tidak perlu dengan dering handphone yang selalu ikut ke mana pun Anda pergi. Namun, berupa catatan di buku agenda atau secarik kertas di layar monitor atau di saku. Yang terpenting Eli perlu memberi waktu untuk sebuah aktivitas dengan rentang waktu yang cukup panjang. Jika menyusun laporan yang biasa orang lain selesaikan setengah jam maka Eli harus satu jam. Sementara setengah jam lebihnya adalah ruang untuk ke luar ide-ide lain, atau sekadar untuk menyapa teman yang lewat dan mengganggu fokusnya.

[ Mien R. Uno ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi komentar, mudah-mudahan bermanfaat untuk semua pengunjung.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...