Laman

Jumat, 18 Mei 2012

Quality Time

Istilah quality time sudah bukan hal baru bagi semua pembaca, saya bisa pastikan itu. Tetapi benarkah kita telah menjalankan konsep tersebut dengan benar? Bagaimana kita bisa menjalankan dengan benar?

Pekerjaan di kantor seringkali menuntut fokus perhatian dan konsentrasi yang tinggi. Karena hal tersebut pula lah maka Anda bisa dengan optimal mengeluarkan seluruh kompetensi yang dimiliki untuk penyelesaian pekerjaan. Sehingga konsentrasi yang sangat tinggi di kantor akan terbawa ketika tiba di rumah kembali. Konsentrasi kita masih kepada pekerjaan di perusahaan tempat kita bekerja dan kurang konsentrasi terhadap masalah yang terjadi di rumah maupun yang terjadi dalam keluarga kita sendiri.

Saya bahkan punya teman yang sama sekali tidak bisa mengalihkan perhatian kepada pekerjaan di perusahaan tempat dia bekerja. Teman saya ini bahkan menderita penyakit hepatitis karena sering terlalu lelah bekerja. Lebih buruk lagi ketika penyakit teman saya itu kambuh dan diharuskan istirahat oleh dokter yang merawat, tetap saja dia tidak dapat mengalihkan perhatian pada pekerjaan di kantor.


Perusahaan tempat dia bekerja telah menggunakan teknologi informasi sehingga seluruh data tersimpan dalam beberapa server dan bila diberikan akses maka data tersebut dapat dilaksanakan dari rumah. Lalu bagaimana bisa Anda memberikan quality time kepada keluarga bila Anda tetap tidak bisa mengalihkan perhatian dari pekerjaan bahkan ketika ada di rumah.

Pernah ada teman yang menyatakan bahwa dia bekerja lebih dari 12 jam setiap hari, berangkat ketika matahari belum benar-benar muncul di langit dan keluar dari kantor ketika matahari telah tidak terlihat di langit.

Saya mencoba mengutip sebuah tulisan yang saya dapat dari sebuah milis: Suatu hari, seorang ahli 'Manajemen Waktu' berbicara di depan sekelompok mahasiswa bisnis, dan ia memakai ilustrasi yg tidak akan dengan mudah dilupakan oleh para siswanya.

Ketika dia berdiri di hadapan siswanya dia berkata: "Baiklah, sekarang waktunya kuis" Kemudian dia mengeluarkan toples berukuran galon yg bermulut cukup lebar, dan meletakkan di atas meja. Lalu ia juga mengeluarkan sekitar selusin batu berukuran segenggam tangan dan meletakkan dengan hati-hati batu-batu itu ke dalam toples. Ketika batu itu memenuhi toples sampai ke ujung atas dan tidak ada batu lagi yg muat untuk masuk ke dalamnya, dia bertanya: "Apakah toples ini sudah penuh?"

Semua siswanya serentak menjawab, "Sudah!"

Kemudian dia berkata, "Benarkah?" Dia lalu meraih dari bawah meja sekeranjang kerikil. Lalu dia memasukkan kerikil-kerikil itu ke dalam toples sambil sedikit mengguncang-guncangkan, sehingga kerikil itu mendapat tempat diantara celah-celah batu-batu itu. Lalu ia bertanya kepada siswa sekali lagi: "Apakah toples ini sudah penuh?"

Kali ini para siswa hanya tertegun. "Mungkin belum!", salah satu dari siswa menjawab.

"Bagus!" Kembali dia meraih kebawah meja dan mengeluarkan sekeranjang pasir. Dia mulai memasukkan pasir itu ke dalam toples, dan pasir itu dengan mudah langsung memenuhi ruang-ruang kosong diantara kerikil dan bebatuan. Sekali lagi dia bertanya, "Apakah toples ini sudah penuh?"


"Belum!" serentak para siswa menjawab.

Sekali lagi dia berkata, "Bagus!" Lalu ia mengambil sebotol air dan mulai menyiramkan air ke dalam toples, sampai toples itu terisi penuh hingga ke ujung atas. Lalu si Ahli Manajemen Waktu ini memandang para siswa dan bertanya: "Apakah maksud dari ilustrasi ini?"

Seorang siswanya yang antusias langsung menjawab, "Betapapun penuh jadwalmu, jika kamu berusaha kamu masih dapat menyisipkan jadwal lain!"

"Bukan!" jawab si ahli. "Bukan itu maksud ilustrasi ini. Ilustrasi ini mengajarkan kita bahwa: JIKA BUKAN BATU BESAR YANG PERTAMA KALI KAMU MASUKKAN, MAKA KAMU TIDAK AKAN PERNAH DAPAT MEMASUKKAN BATU BESAR ITU KE DALAM TOPLES TERSEBUT.

"Apakah batu-batu besar dalam hidupmu? Mungkin anak-anakmu, suami/istrimu, orang-orang yang kamu sayangi, persahabatanmu, kesehatanmu, mimpi-mimpimu, ibadahmu pada Tuhanmu. Hal-hal yang kamu anggap paling berharga dalam hidupmu. Ingatlah untuk selalu meletakkan batu-batu besar tersebut sebagai yang pertama, atau kamu tidak akan pernah punya waktu untuk memperhatikan hal tersebut. Jika kamu mendahulukan hal-hal yang kecil dalam prioritas waktumu, maka kamu hanya memenuhi hidupmu dengan hal-hal yang kecil, kamu tidak akan punya waktu untuk melakukan hal yang besar dan berharga dalam hidupmu."

Saya pikir sangat sedikit orang yang menganggap keluarga sebagai hal yang paling dapat diabaikan dibandingkan pekerjaan di kantor. Maka sangat sedikit orang yang menganggap pekerjaan di kantor sebagai batu besar.

Ada sekian banyak unsur dalam hidup kita. Ada keluarga, ada pekerjaan, ada hobi, ada kesehatan dan masih banyak lagi yang lain. Kesemua hal tersebut harus diperhatikan, harus seimbang.

Ada sebuah computer game yang patut Anda perhatikan pada saat Anda tertarik untuk bicara tentang keseimbangan, tentang quality time: SIM. Sekarang sudah ada begitu banyak add-ins untuk game tersebut, cobalah cari seri yang paling standar dan cobalah miliki manual untuk memainkan game tersebut. Permainan dapat Anda pilih apakah menjadi seorang bujangan sendirian, bujangan kakak beradik, keluarga tanpa anak atau keluarga dengan anak. Sebagai pemula lebih baik Anda pilih peran sebagai bujangan sendirian.

Dari game tersebut Anda akan belajar bagaimana menyeimbangkan hidup. Ada delapan indikator termasuk tingkat kesehatan, tingkat kesenangan, tingkat rasa cinta, dan tingkat kepintaran. Lebih unik lagi adalah Anda tidak akan mendapatkan promosi di tempat pekerjaan Anda dalam game tersebut bila ada stau indikator yang menyatakan tingkat yang buruk. Berarti Anda baru dapat promosi bila semua indikator menunjukkan nilai baik dan ada indikator yang menunjukkan tingkat yang istimewa.

Anda lihat, bahkan sebuah computer game mengajarkan keseimbangan antar sisi-sisi kehidupan Anda. Lalu bagaimana Anda bisa lebih fokus pada pekerjaan dan melupakan hal lain dari sisi kehidupan Anda? Keseimbangan sehingga tidak ada yang sangat tinggi sementara ada tingkat yang sangat rendah.

Anda mungkin merasa sudah terlalu banyak hal yang selama ini Anda abaikan sehingga akan sulit untuk memulai kembali. Bila itu menjadi masalah bagi Anda saya ingatkan bahwa Anda mungkin pernah naik sepeda dulu di waktu Anda kecil kemudian sekarang Anda sudah terlalu sering tidak naik sepeda maupun sepeda motor, lalu Anda ingin mencoba naik sepeda lagi. Anda tahu bahwa Anda akan kaku dan mungkin akan jatuh, tetapi tidak akan terlalu lama sehingga Anda bisa mengendarai sepeda lagi.

Jadi cobalah lagi lakukan hal yang selama ini telah Anda abaikan. Anda mungkin sudah lama tidak membaca buku, cobalah membaca buku pembangkit motivasi, pilih yang cukup tipis. Bila keluarga sudah mulai Anda abaikan, cobalah bicara dengan anak Anda, tentang siapa saja teman mereka di sekolah sehingga pembicaraan akan meluncur ke hal-hal apa saja yang teman mereka lakukan di sekolah. Bila kesehatan Anda sendiri yang Anda abaikan cobalah sekali waktu Anda bangun sangat pagi dan cobalah berlari keliling lingkungan tempat tinggal Anda.

Seimbang bukan harus melakukan semua hal tersebut setiap hari, karena mungkin Anda beralasan tidak ada waktu yang cukup untuk melakukan semua itu dalam stau hari. Sekarang, buat daftar apa saja yang selama ini telah Anda abaikan lalu rencanakan untuk melakukan satu hingga tiga dari hal tersebut setiap hari dan dalam satu minggu semua hal itu bisa Anda lakukan.

Ada sebuah perusahaan yang menetapkan hari Rabu sebagai hari quality time. Tidak tanggung-tanggung, karena hari quality time tersebut justru dicanangkan langsung oleh Direksi perusahaan tersebut. Pencanangan tersebut didorong karena selama ini Direksi memperhatikan bahwa sebagian besar pegawai perusahaan tersebut masih berada di kantor jauh setelah jam kerja harian berakhir. Tidak hanya itu, pada hari-hari Sabtu dan Minggu pun ada beberapa pegawai yang masih tetap ke kantor. Sehingga ditetapkan bahwa setiap hari Rabu, pegawai perusahaan tersebut harus pulang ke rumah masing-masing begitu jam kerja hari itu berakhir.

Sebuah upaya yang sangat serius karena bila hidup tidak Anda jadikan cukup berarti, maka jangan harap pekerjaan Anda juga akan cukup berarti. Dengan keseimbangan, dengan quality time akan mendorong Anda untuk menghasilkan quality product atau service. Berniat mencoba? 


[ Ardian Syam  ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi komentar, mudah-mudahan bermanfaat untuk semua pengunjung.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...