Laman

Sabtu, 02 Juni 2012

Tolong Maafkan Aku Kawan

"Tolong maafkan aku kawan". Dua orang sahabat karib sedang berjalan melintasi gurun pasir. Di tengah perjalanan, mereka bertengkar, dan salah seorang menampar temannya. 

Orang yang kena tampar, merasa sakit hati, tapi dengan tanpa berkata-kata, dia menulis di atas pasir : 
HARI INI, SAHABAT TERBAIKKU MENAMPAR PIPIKU. 

Mereka terus berjalan, sampai menemukan sebuah oasis, dimana mereka memutuskan untuk mandi. Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya, mencoba berenang namun nyaris tenggelam, dan berhasil diselamatkan oleh sahabatnya.  

Ketika dia mulai siuman dan rasa takutnya sudah hilang, dia menulis di sebuah batu: 
HARI INI, SAHABAT TERBAIKKU MENYELAMATKAN NYAWAKU.

Orang yang menolong dan menampar sahabatnya, bertanya, 
"Kenapa setelah saya melukai hatimu, kau menulisnya di atas pasir, dan sekarang kamu menulis di batu?" 

Temannya sambil tersenyum menjawab,
"Ketika seorang sahabat melukai   kita, kita harus menulisnya di atas pasir agar angin maaf datang berhembus  dan menghapus tulisan tersebut. Dan bila sesuatu yang luar biasa terjadi,  kita harus memahatnya di atas batu hati kita, agar tidak bisa hilang   tertiup  angin."

Cerita di atas, bagaimanapun tentu saja lebih mudah dibaca dibanding diterapkan. Begitu mudahnya kita memutuskan sebuah pertemanan 'hanya' karena sakit hati atas sebuah perbuatan atau perkataan yang menurut  kita  keterlaluan hingga menyakiti hati kita. Sebuah sakit hati lebih perkasa untuk merusak dibanding begitu banyak kebaikan untuk menjaga. Mungkin ini memang bagian dari sifat buruk diri kita.

Karena itu, seseorang pernah memberitahu saya apa yang harus saya lakukan ketika saya sakit hati. Beliau mengatakan ketika sakit hati  yang paling  penting adalah melihat apakah memang orang yang menyakiti hati kita itu  tidak kita sakiti terlebih dahulu. 

Bukankah sudah menjadi kewajaran sifat orang untuk membalas dendam? Walaupun itu termasuk sifat jelek.  Maka sungguh sangat bisa jadi kita telah melukai hatinya terlebih  dahulu dan  dia menginginkan sakit yang sama seperti yang dia rasakan. Bisa jadi juga sakit hati kita karena kesalahan kita sendiri yang salah dalam menafsirkan perkataan atau perbuatan teman kita. Bisa jadi kita tersinggung oleh perkataan sahabat kita yang dimaksudkannya sebagai gurauan.

Namun demikian, orang yang bijak akan selalu mengajari muridnya untuk memaafkan kesalahan-kesalahan saudaranya yang lain. Tapi ini akan sungguh sangat berat. Karena itu beliau mengajari kami untuk 'menyerahkan' sakit itu kepada Allah yang begitu jelas dan pasti mengetahui   bagaimana sakit hati kita, dengan membaca doa, 

"Ya Allah, balaslah kebaikan siapapun yang telah diberikannya kepada kami dengan balasan yang jauh dari yang mereka bayangkan. Ya Allah, ampuni kesalahan-kesalahan saudara-saudara kami yang pernah menyakiti hati kami." 

Bukankah Rasulullah pernah berkata, "Tiga hal di antara akhlak ahli surga   adalah memaafkan orang yang telah menganiayamu, memberi kepada orang yang  mengharamkanmu, dan berbuat baik kepada orang yang berbuat buruk kepadamu". 

Karena itu, Saudara-saudaraku, mungkin aku pernah menyakiti hatimu dan kau  tidak membalas, dan mungkin juga kau menyakiti hatiku karena aku pernah   menyakitimu. Namun dengan ijin-Nya aku berusaha memaafkanmu. Tapi yang aku takutkan kalian tidak mau memaafkan. 

Sungguh, Saudara-saudaraku, dosa-dosaku kepada Tuhanku telah menghimpit   kedua sisi tulang rusukku hingga menyesakkan dada. Saudara-saudaraku, jika   kalian tidak sanggup mendoakan aku agar aku 'ada' di hadapan-Nya, maka   ikhlaskan segala kesalahan-kesalahanku.

Tolong jangan kau tambahkan  kehinaan  pada diriku dengan mengadukan kepada Tuhan bahwa aku telah menyakiti   hatimu. Tolong, sekali pun jangan. Tolong, maafkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi komentar, mudah-mudahan bermanfaat untuk semua pengunjung.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...